Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

16 Maret 2023

Perbedaan, Emosi, Kata-Kata Kasar


Perbedaan pandangan politik atau keagamaan dapat membuat seseorang kehilangan adab, contohnya menyebut orang yg lebih tua dgn kata "Maneh". Seorang guru dapat kehilangan pekerjaan lantaran bertutur kata seperti itu yg dipandang tdk baik menurut adat Sunda. Mungkin karena dia adalah guru, sosok yg akan digugu dan ditiru oleh siswanya, sehingga ketidak santunan menjatuhkan derajat kemuliaannya. Sungguh sayang bila ia tdk menyadari kesalahannya dan meminta maaf.

Saya pribadi pernah berhadapan dgn adik tingkat yg bertutur kata tdk pas semacam itu. Usianya jauh di bawah saya. Perbedaan pandangan membuatnya merasa kesal, namun tdk berani mengungkapkannya secara langsung. Dia menyebut orang yg membuatnya kesal dlm kiriman di beranda media sosial dgn kata "Silaing". Kata tsb berasal dari "silah" (teman) dan "aing" (aku), atau "teman ku". Kata kasar ini muncul saat sedang emosi. Walau lebih halus dari kata "sia" (kamu), kata ini bagi saya tdk baik digunakan untuk orang berusia jauh lebih tua. Saya memberinya nasihat, namun sayangnya ia tdk merasa bersalah.

Seseorang akan menggunakan kata-kata kasar atau negatif saat emosinya memuncak. Terkadang ia akan menguatkan emosinya dgn julukan kelompok, sehingga terjatuh pada ujaran kebencian. Ujaran-ujaran semacam itu merupakan serangan psikis yg dapat membuat targetnya merasa tdk nyaman dgn harapan nyalinya menciut. Namun, Indonesia dgn adat timurnya akan menghukumi serangan seperti itu yg dilakukan kepada orang yg lebih tua sebagai ketidakpatutan.

Ada baiknya bila emosi tersebut diredakan, sehingga tdk sampai berkata kasar kepada orang lain. Membuat keputusan dalam kondisi emosi itu tdk baik, dan menyerang orang lain atas dasar emosi itu tdk benar. Teringat guru akhlak saya pernah berkata, marah adalah penyakit. Sekiranya kesabaran tdk memadai, mungkin wudhu bisa menolong. Kita yg senantiasa berkiblat pada perdamaian tdk akan mengorbankan persaudaraan demi pandangan politik atau keagamaan.

#PersepsiCahyana

13 Maret 2023

Menjajal Jalan Sempit Banjarwangi


Garut, 12 Maret 2023. Hari saya ini menjajal jalan di Banjarwangi. Jalannya sempit, naik turun, pinggirnya jurang. Saking sempitnya, kita harus mepet pinggir bila ada kendaraan di depan. Sore itu kendaraan yg saya kemudikan harus mepet pinggir agar tersedia ruang cukup bagi truk yg datang dari arah depan. Naasnya, roda kiri masuk lubang yg cukup dalam, sehingga tdk bisa maju atau mundur. Semua penumpang turun krn merasa takut. Ada banyak pengendara motor yg berhenti utk membantu.

Syukurlah kendaraan dapat saya bawa keluar dari lubang tersebut setelah mengarahkan roda depan sampai mentok ke arah kanan. Sebelum kejadian di jalan menurun itu, saya mengalami kejadian yg tdk kalah horor. Roda ban sempat selip saat menikung di tanjakan. Pengalaman pertama kali membawa kendaraan roda empat tersebut lebih menantang dibandingkan perjalanan ke Cisewu via Pangalengan.

Saya sempat berpikir, seandainya jalan tersebut dibangun di jaman penjajahan, apakah kita harus terjajah dulu agar kondisi jalannya menjadi lebih baik? Tentu saja tdk. Mungkin yg menjadi masalah adalah ketersediaan dana pengembangan nya, bukan karena tdk ada seorang pun yg ingin jalan nya lebih lebar dan nyaman. Saya tdk tahu, apakah pengembangan jalan nya tdk menjadi prioritas, atau tdk ada dana yg cukup utk itu?

Lepas dari itu semua, warga di sana mungkin sdh terbiasa dgn kondisi jalan dan handal dlm menghadapi tantangan perjalanan seperti itu selama bertahun-tahun. Tetapi saya merasa tdk yakin warga luar merasa nyaman, dan rasanya akan cenderung utk tdk melewatinya bila tdk terpaksa. Entah bagaimana investasi bisnis dari luar dapat masuk dgn kondisi jalan seperti itu. Nampaknya warga di sana berusaha lebih keras utk menjalankan roda ekonomi dibandingkan warga lain di wilayah yg infrastrukturnya jauh lebih baik. 

#BiografiCahyana

08 Maret 2023

Hoax di Celah Kelemahan Manusia

Menurut sebagian pendapat, Adam tergelincir bukan karena lemah terhadap Hawa. Dengan kata lain, pria pertama kali tergelincir bukan karena wanita, sehingga tidak ada isu gender di dalamnya. Tetapi karena Adam tidak menganalisis Hoax, percaya begitu saja, hanya karena Iblis si pembuat Hoax adalah tokoh senior di surga yang terkemuka dan dekat dengan Allah. 

Rupanya hal tersebut merupakan celah kekurangan manusia, sehingga kita melihat terulangnya kesalahan seperti itu hingga saat ini. Ada banyak orang yang percaya dengan hoax hanya karena melihat ketokohan orang yang menyampaikannya. Bahkan ada orang yang mempercayai hoax hanya karena yang menyampaikannya adalah teman dekatnya, bukan karena temannya itu seorang tokoh. Lebih jauh lagi, ada banyak orang yang mudah diadu domba atau terprovokasi karena mengikuti hoax.

Pendapat lain mengatakan bahwa Adam mempercayai hoax karena terenyuh oleh tangisan iblis si pembohong, dan karena ada nama Allah yg dicatut dalam sumpah yg menutupi kebohongan. Hal itu merupakan celah kelemahan manusia sampai sekarang, sehingga banyak orang yg emosional menjadi percaya pada hoax begitu saja, terlebih ada sumpah yg menyebut nama Allah seraya mempertaruhkan keselamatan diri dan keluarganya demi hoax yg dipropagandakan.

 #LiterasiDigital

26 Februari 2023

Saya Memilih Bekerja di Garut


Seseorang pernah bertanya, kenapa saya bekerja di Garut?. Padahal menurutnya, Garut bukan kota besar seperti Bandung, bahkan Subang menurutnya jauh lebih baik. 

Saya menceritakan salah satu alasannya. Dulu selepas kuliah dan sebelum menjadi PNS, perusahaan multinasional pernah menerima saya bekerja sebagai staf IT di Jakarta Pusat. Walau dijanjikan gaji fresh graduate, tetapi gajinya berlipat dibandingkan honor yg saya terima dari kampus. Tetapi setelah memperoleh informasi diterima bekerja, satu hari kemudian saya putuskan utk mengundurkan diri. Saya kirimkan surat pengunduran diri melalui surat. 

Alasan pengunduran diri saya saat itu adalah karena merasa tdk cocok dgn suhu udara di sana. Saya merenungkan suhu udara itu saat keluar dari gedung utk mengambil air wudhu. Suhu di luar terasa seperti berada di dekat tungku perapian. Saat itu saya berpikir, lebih baik tinggal di tempat yg tdk panas dari pada gaji besar tapi tubuh tdk nyaman. Jadi pertimbangan saat itu adalah kenyamanan tubuh, bukan finansial atau lainnya.

Saat ini saya terikat tugas di Garut, diperbantukan oleh negara di kampus almamater. Tetapi sebenarnya bukan itu yg membuat saya tetap memilih bertugas di Garut. Saya bisa saja mengajukan pindah tugas ke tempat lain atau memilih utk tdk lagi bertugas sebagai dosen. 

Saat itu ada seseorang yg mengingatkan agar saya menjaga kesetiaan pada almamater. Saya meresponnya dgn tersenyum. Bagaimana saya tdk setia? Dulu ada teman SMA yg menawarkan pindah tugas ke perguruan tinggi negeri di tempat yg jauh lebih besar dari Garut, tetapi saya menolaknya. Bahkan sampai saat ini saya hanya mengajar di kampus almamater tempat bertugas. Memang dulu sempat mengajar di kampus lain sekitar dua semester, tapi persentasenya terlalu sedikit jika dibandingkan persentase mengajar di almamater yg sudah akan menginjak 20 tahun.

Kebetulan saya diangkat menjadi PNS barengan dgn kakak. Saya sebagai dosen, dan kakak sebagai guru. Persyaratan kenaikan pangkat dan golongan utk dosen lebih berat dari guru. Misalnya, naik ke III/b harus kuliah S2 dulu dgn biaya yg tdk sedikit. Saya harus pulang pergi Garut-Bandung utk menghemat pengeluaran. Terbayang bila saat itu tugas belajar yg membuat tunjangan berhenti, sudah pasti anak dan istri akan kekurangan biaya hidup. Dengan tunjangan berjalan saja kebutuhan dapur tersita oleh biaya kuliah. Di sisi lain, kalau tdk naik pangkat dan golongan saya pasti akan mendapatkan peringatan.

Oleh karenanya pangkat dan golongan kakak lebih cepat naiknya dibandingkan saya. Melihat hal itu, naluri orang tua pasti hadir, sehingga beliau meminta saya utk pulang ke Subang dan mengambil tugas PNS selain dosen di sana. Tetapi karena tugas ini diperoleh bukan krn keinginan, saya menganggapnya sebagai pilihan Tuhan yg harus dijalani dgn ikhlas. Saya tdk pernah bermimpi utk menjadi dosen sebelum atau setelah lulus kuliah sarjana.

Alasan lain yg membuat tdk beranjak dari Garut adalah karena selepas kuliah saya berniat utk membantu alm Kyai Anwar Musaddad, bukan krn siapa yg memimpin kampusnya. Oleh krn nya saya tdk pernah banyak pertimbangan saat melakukan apapun yg terbaik utk almamater. Ada kesempatan utk memajukan IT kampus, saya lakukan semampunya, bahkan dgn swadaya sendiri dan dgn bantuan adik-adik tingkat. Ada kesempatan utk memperoleh bantuan eksternal, saya kerjakan tanpa terpikir sama sekali soal mencari keuntungan finansial dari bantuan tsb. Saya tdk kaya, tetapi saya merasa cukup kaya dgn membantu.

Namun tentunya ada banyak hal yg dikorbankan. Waktu yg terlalu banyak utk melayani masyarakat membuat kesempatan mengurus diri sendiri, seperti pangkat, golongan, dan jabatan menjadi sedikit. Sikap loyal seperti itu sedikit banyak berdampak pd keluarga dlm jangka panjang. Saya meyakini, Tuhan dapat menunjukan kapan saya harus menyeimbangkan pelayanan kpd diri sendiri dan selainnya, serta memusatkan pandangan pada keluarga, baik dgn atau tanpa meninggalkan Garut. 

#BiografiCahyana

19 Februari 2023

Peninggalan Nabi


Dikatakan oleh mereka bahwa peninggalan Nabi bagi umatnya itu hanya al-Qur'an dan as-Sunnah, bukan rambut beliau, terompah atau semisal lainnya. Begini ya, rambut beliau itu bukan sandaran hukum, tapi sandaran cinta dan kerinduan.

Dikatakan oleh mereka bahwa cinta dan kerinduan itu cukup dgn al-Quran dan as-Sunnah. Begini ya, kalau sosok Nabi itu ada di hadapan mata, maka yg dinikmati oleh pecinta itu bukan hanya sehelai rambutnya yg jatuh atau sepasang terompah nya yg dilepas.

Musibah apa yg menimpa seseorang yg tdk terhibur dgn kehadiran sosok tercinta walau sebatas sehelai rambutnya?

#PersepsiCahyana